Puasa Ayyamul Bidh atau disebut juga puasa putih yaitu puasa sunnah tiga hari yang dilakukan di setiap bulan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan dengan melakukan puasa ayyamul bidh di setiap bulan. Teladan Rasulullah ini tentu bukan tanpa dasar dan alasan yang kuat. Ada beberapa alasan dan hikmah yang menakjubkan jika kita dapat mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelumnya, ada beberapa dalil pendukung perihal puasa ayyamul bidh yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)
Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah,“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Abu Hurairah ra. Berkata, “Teman dekatku (Nabi Muhammad saw.) berpesan tiga hal kepadaku: berpuasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
Ibnu Abbas ra. berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah berbuka (tidak berpuasa) pada Ayyamul-Bidh, baik di rumah maupun sedang bepergian.”(h.r. Nasa’i. Sanad hadits ini hasan)
“Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas.” (HR. At Tirmidzi)
Pada dasarnya puasa ayyamul bidh dapat dilakukan hari apa saja dalam bulan tersebut, bisa di awal, ditengah ataupun di akhir, namun yang lebih utama dilakukan pada pertengahan bulan yaitu 13,14, 15 Hijriah. Tentu melaksanakan puasa ayyamul bidh memiliki keutamaan karena menghidupkan sunnah dan teladan yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain dijanjikan pahala yang besar, ada manfaat lain yang dirasakan oleh tubuh maupun jiwa manusia. Bagi tubuh manusia, puasa tiga hari tentu memberikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat. Bagi jiwa manusia, puasa tiga hari dapat menstabilkan emosi dalam jiwa.
Dalam penemuan ilmiah modern, pertengahan bulan Hijriah adalah waktu munculnya bulan purnama. Nah, saat bulan purnama bersinar, terjadilah yang namanya pasang air laut. Letak bulan yang dekat dengan bumi menyebabkan gaya gravitasi bulan mempengaruhi ketinggian air laut dimuka bumi, dan terjadilah pasang air laut. Gravitasi dari bulan ini tak hanya mempengaruhi kondisi bumi (benda mati) tetapi juga benda hidup, terutama manusia. Seorang peneliti berkebangsaan Amerika pernah mengadakan penelitian mengenai kondisi kejiwaan manusia ketika terjadi bulan purnama. Penelitian itu menyimpulkan bahwa kondisi kejiwaan manusia saat bulan purnama cenderung lebih labil, emosional, dan tidak terkendali. Semua perasaan menjadi mudah membuncah dari dalam diri. Mudah marah, mudah tersinggung, mudah senang, mudah sedih, pokoknya semua sifat yang ada pada dirinya menjadi lebih mudah ter‘upload’ dari dirinya. Mungkin inilah salah satu penyebab banyak mitos dan film yang mengaitkan antara monster atau hantu dengan bulan purnama.
Puasa menuntun kita untuk menundukkan hawa nafsu. Ketika kita berpuasa, kita dituntut untuk dapat mengendalikan emosi kita dan menjaga syahwat kita. Ketika ilmu sains modern mengungkapkan adanya kelabilan emosi manusia saat bulan purnama. Islam telah menganjurkan untuk melaksanakan puasa tepat saat munculnya sang bulan purnama. Islam telah memberi jalan pada umatnya agar tidak terkena pengaruh kelabilan emosi yang terjadi pada tanggal tersebut. Rasulullah menganjurkan kita berpuasa, agar hati kita selalu terjaga dari amarah, nafsu, dan segala sifat buruk lain yang cendrung lebih meluap pada saat itu dibanding saat-saat lainnya.
Sumber gambar by google.com